Digital Culture Harus Dilandasi Nilai-nilai Pancasila

Sumenep, kabarberita.co.id – Praktisi Literasi Digital, Andilala mengatakan, Berdasarkan teori yang ada di modul komunikasi dan informasi (Kominfo), yang dimaksud dengan digital culture atau budaya digital, berada di Pancasila. Karena digital culture sebagai wujud kewarganegaraan digital dalam ke-Indonesia-an (Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika) dimana kompentesi digital individu difungsikan agar mampu berperan sebagai warga negara dalam batas-batas formal yang berkaitan dengan hak, kewajiban, dan tanggung jawabnya dalam ruang negara.

Terkait dengan digital culture ini, menurut Andilala, generasi milenial termasuk mahasiswa perlu menerapkannya. Karena adanya hak dan kewajiban mahasiwa melaksanakan advokasi dan aksi sebagai agen perubahan sosial, yang berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan nasional dan bernilai lokalitas.

“Jadi kesimpulannya ialah mahasiswa merupakan aktor perubahan-perubahan sosial yang diharapkan dapat menguasai transformasi digital sesuai dengan kebutuhan dan situasi nasional. Sehingga dapat memberdayakan nilai lokalitas di tengah pengembangan digital,” katanya dalam acara Literasi Digital Pesantren yang diselenggarakan oleh Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien Prenduan bersama Kaukus Muda Indonesia (KMI) di Aula IDIA Al-Amien Prenduan, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, Jumat kemarin (15/7/2022).

Namun digitalisasi budaya dapat diimplementasikan apabila proses produktivitas digital berprinsip nilai Pancasila, yakni memanfaatkan potensi individu untuk berkolaborasi, melakukan diseminasi, hingga mengejawantahkan kebermanfaatan sosial demi terwujudnya kesejahteraan sosial, demikian Andilala.

Ibarat Mata Pisau
Sebelumnya Kepala Seksi Informasi Publik Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo), Kabupaten Sumenep, Irwan Sujatmiko menyebut, literasi digital ibarat dua mata pisau. Disatu sisi bisa melukai, tapi di sisi lainnya bisa mempermudah.

“Literasi digital itu apa? Kemampuan menggunakan teknologi informasi dan komunikasil dan mengkomunikasikan konten informasi. Kemampuan bagaimana kita memfilter informasi dan mengolahnya dengan bijak, terkait dengan informasi yang sangat banyak,” ujarnya.

Karenanya Miko sapaan akrab Sujatmiko berharap mahasiswa mesti menggunakan media sosial untuk menunjukan potensi masing-masing. Apalagi sekarang ini banyak perusahaan yang menyeleksi lewat jejak digital, bagaimana interaksi di media dan beretika atau tidaknya saat menggunakan media sosial.

“Dari hal tersebut sebaiknya kita harus selalu menjaga perilaku di media sosial. Jaga etika dalam media sosial, dan saling memfilter informasi yang diterima terlebih dahulu,” pungkasnya. (***)

Related posts